Sektor Pendidikan, merupakan pilar utama program pembangunan di Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas). Disusul sektor kesehatan dan pertanian. Untuk memberhasilkan program tersebut, Bupati Humbahas Drs Maddin Sihombing Msi membuat program misi kerja, yakni, meningkatkan profesionalisme dan produktivitas kerja Sumber Daya Manusia (SDM).
Pada APBD Humbahas Tahun Anggaran 2009, untuk urusan pendidikan, dialokasikan total dana 23,59 persen dari realilasi belanja Rp378.495.284.372.
“Honorku hanya Rp50 per bulan, itupun bisa saya terima sekali dalam setahun dari Dinas Pendidikan. Kalau untuk menutupi balas jasa saya, terpaksa diambil dari uang sekolah anak-anak. Itupun hanya Rp100 ribu per bulan,” ungkap M br Simamora, Rabu 1 September 2010 yang sambil berjalan mengiring sejumlah siswanya untuk pulang kerumah masing masing, di Desa Sosor Gonting.
Ironisnya lagi, honor tersebut bukan diterima langsung setiap bulan. Namun, honor setiap bulan itu, baru bisa diterimanya pada akhir tahun. Sehingga, untuk membayar jasa yang diberikannya, ia terpaksa hanya menerima honor tunai dari uang sekolah para pelajar PAUD.
Walaupun jumlahnya tak seberapa yang Rp100.000 per bulan, M br Simamora, yang hanya lulus dari SMA ini mengaku tetap tabah dan sabar untuk mengajar para pelajarnya.
Untuk tempat belajar para siswa PAUD di desanya, M br Simamora menuturkan, mereka menempati sebuah bangunan gereja di desa itu melalui kesepakatan kepala desa dengan tokoh agama setempat. Akan tetapi, lanjutnya, untuk sarana pendukung belajar mengajar, PAUD Agape tersebut juga tidak pernah mendapat bantuan alat peraga dan alat bermain pelajar dari Dinas Pendidikan Humbahas.
“Semua sarana belajar mengajar dan alat bermain sekolah yang membiayai. Semua dibimbing oleh kepala desa kami. Untungnya, kami bisa mandiri dengan memamfaatkan uang yang ada,” ujarnya.
Ditanya soal honor yang diterimanya setiap bulan apakah mencukupi, boru Simamora itu mengakui sangat tidak cukup. Mau kemana uang Rp100 ribu itu bisa mencukupi. Saya sudah berumahtangga, dengan uang sebesar itu, bisanya untuk beli apa dalam sebulan. Jelas tidak cukuplah,” cetusnya.
Dia mengaku, akan tetap mengajar di sekolah PAUD tersebut walau dengan honor yang tidak memadai. “ Walau dengan honor yang tidak cukup. Saya akan terus mengajar anak anak di desa saya ini. Cita cita saya, semoga anak anak yang bina nanti kelak berhasil dan berpendidikan tinggi. Kalau mereka sukses, mudah mudahan desa kami ini diingat,” tuturnya.
Sementara itu, disaat bersamaan, 4 pelajar PAUD Agape saat diwawancara dihadapan gurunya boru Simamora itu yang masing masing bernama, Esra Lesteria Purba, 5, Mai Purba, 5, Boy Purba, 5, Perdi Purba, 5, mengatakan, mereka setiap hari harus berjalan kaki sejauh 2 kilometer ke sekolah masing masing.
Keempat pelajar ini, hanya mengenakan pakaian biasa. Bahkan, salah satu pelajar diantara mereka, Boy Purba mengaku pakaian dalam stelan jas yang sedang dipakainya merupakan pakaian bekas alias pakaian import bekas, yang sengaja dibeli orangtuanya dari pasar. “Baju jasku ini dibeli mamakku dari Onan (pasar) tapi Burjer (pakaian bekas),” ujar Boy Purba tersipu. Yang penting aku bisa sekolahlah�, katanya lagi.
Bukan hanya baju sekolah para pelajar PAUD ini saja yang tampak usang. Tas sekolah yang saat itu dibawa mereka juga tampak sudah koyak koyak. Didalam tas mereka, hanya tampak sebuah buku tulis, pensil dan penghapus. Melihat kemauan kuat belajar dan sekolah para pelajar yang masuk kategori kelas nol ini, sudah selayaknya Pemkab Humbahas benar benar memperhatikan kondisi tersebut.
Kepala Dinas Pendidikan Humbahas, Pensus Sihombing, saat akan dikonfirmasi, Rabu 1 September 2010 di kantornya, terkait alokasi honor guru PAUD dan bantuan alat peraga tersebut, tidak berada ditempat. Ironisnya lagi, mobil bus sekolah BB 7002 D yang dari bantuan pemerintah pusat sama sekali tidak digunakan. (gs)
Sumber: EKSPOSnews, 3 September 2010
mdh2n keg himpaudi smkn meningkat dn bs diakses o sbnyk mungkin anggota dn masyarakat.