Bulan: Maret 2015

  • Permainan Tradisional HIMPAUDI PC Rancah, Ciamis.

    Permainan Tradisional HIMPAUDI PC Rancah, Ciamis.

    Ketua PC HIMPAUDI Rancah, Rasdianto, S.Pd, ketika ditemui Koran HR, Senin (09/03/2015) lalu, mengungkapkan bahwa beberapa permainan tradisional khas sunda saat ini mulai terancam punah seiring berkembangnya permainan yang berbasiskan teknologi modern. Dan untuk mengantisipasi hal itu, Himpunan Pendidikan Anak Usia Dini (HIMPAUDI) sengaja memperkenalkan permainan tradisional tersebut melalui perlombaan.
    HIMPAUDI Kecamatan Rancah, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, menggelar kegiatan perlombaan permainan tradisional bagi kalangan anak-anak usia dini, beberapa waktu lalu. Kegiatan itu sengaja digelar dalam rangka memperkenalkan permainan tradisional kepada anak sejak dini.  

    Rasdianto menuturkan, generasi muda sekarang cenderung melupakan permainan tradisional, termasuk permainan tradisional lokal. Padahal, permainan tersebut tidak kalah menariknya dengan permainan modern. Misalnya, oray-orayan, jujungkungan, sapintrong, pecle, bakiak batok, bakiak kayu, sered upih dan lain sebagainya.
    “Permaianan itu sangat mudah memainkannya. Walaupun sederhana, tetapi menyenangkan,” ungkapnya.
    Senada dengan itu, Dian Diarto, S.Pd., Senin (09/03/2015), menilai bahwa orangtua masa kini sangat jarang memperkenalkan permainan tradisional kepada anak-anak mereka. Mereka juga menganggap bahwa permainan tradisional merupakan permainan kuno yang ketinggalan jaman. Sebagain diantara orangtua juga merasa gengsi untuk memperkenalkan permainan tradisional. Alhasil, mayoritas remaja masa kini sama sekali tidak mengenal permainan tradisional.
    Dian mengungkapkan, permainan tradisionl sudah ada sejak jaman nenek moyang. Permainan itu tercipta oleh sekelompok anak-anak tanpa mengenal status ekonomi. Permainan tradisional juga memiliki pesan yang mendidik, diantaranya kebersamaan dan persaingan sehat.
    “Ini dapat membentuk jiwa seorang anak untuk lebih menyatu dengan teman tanpa ada perbedaan,” katanya.
  • Koran Pikiran Rakyat Terima Penghargaan dari Himpaudi Jabar

    Berkat “Forum Guru” dan “PR Kecil” Koran Pikiran Rakyat Terima Penghargaan dari Himpaudi Jabar.  Seperti dikutip dari PR Online, Jumat, 13/07/2012 – 17:03

    Harian Umum Pikiran Rakyat mendapatkan piagam penghargaan dari Himpunan Pendidik Anak Usia Dini Indonesia (HIMPAUDI) Wilayah Jawa Barat. Penghargaan tersebut diberikan karena “Pikiran Rakyat” selalu konsisten dalam pemberitaan bertujuan untuk memajukan dunia pendidikan di Jawa Barat.

    “Selain itu beberapa rubrik seperti “Forum Guru” yang terbit setiap hari dan “PR Kecil” yang muncul setiap hari Minggu, menjadi alasan bagi kami untuk menjatuhkan pilihan penilaian terbaik kepada “Pikiran Rakyat”,” kata ketua Himpaudi Wilayah Jawa Barat, Anna Anggraeni saat memberikan sambutan di hadapan 26 pengurus Himpaudi Kabupaten/Kota se- Jawa Barat di Lembang, Jumat (13 Juli 2012).

    Menurut Anna sebagai surat kabar terbesar di Jabar, “Pikiran Rakyat” memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap tatanan perubahan sosial yang terjadi di masyarakat. Sehingga menurut Anna dengan hadirnya rubrik-rubrik yang bernuansa pendidikan, akan menambah wawasan yang luas bagi para pendidik untuk memberikan pelayanan terbaik dalam menyalurkan ilmu bagi peserta didik.
    Ketua Himpaudi juga memuji rubrik “PR Kecil” yang memberikan pengetahuan kepada anak usia dini dengan bahasa anak yang mudah dipahami namun sangat ilmiah.

    ”Seperti menggambarkan nyamuk. Ukurannya kecil, bunyinya ngieng-ngieng, kalau menggigit suka menimbulkan bentol,” tutur Anna saat menyadur isi Rubrik “PR Kecil”.

    Dia mengatakan rubrik seperti itu sangat cocok bagi anak usia dini untuk mengenal ilmu pengetahuan. Penilaian lain diberikan karena bentuk karya tulis di “Pikiran Rakyat” sangat beragam sehingga sesuai untuk beragam kalangan.

    “Tentunya selain rublik pendidikan yang menjadi soroton penilaian kami. Ada rubrik-rubrik lain seperti politik, sosial, olahraga, hiburan dan lainnya yang sangat penting untuk menambah wawasan dan referensi bagi pembaca,” Anna menjelaskan.

    Joko Hendarto Direktur Utama Harian Umum “Pikiran Rakyat” hadir menerima piagam tersebut. Selain “PR”, Himpaudi Jabar juga menyerahkan penghargaan serupa kepada TVRI Jawa Barat, sebagi lembaga penyiaran yang turut mempublikasikan pendidikan.
  • Fungsi Keluarga pada Tanggung Jawab Pendidikan

    Fungsi Keluarga pada Tanggung Jawab Pendidikan

    Keluarga merupakan kelompok sosial yang memiliki sistem nilai yang dibangun oleh anggotanya. Tetapi relasi keluarga berinterelasi dengan lingkungan sosialnya yang lebih luas di masyarakat. Pada dasarnya keluarga memiliki fungsi yang sangat strategis dalam mengembangkan kualitas hidup manusia.

    Pengembangan kualitas hidup tidak dibatasi secara personal tetapi hingga dalam konteks membangun karakter yang menjadikan budaya kelompok masyarakatnya. Sehingga sebuah peradaban itu terjadi karena keterpaduan antar budaya antar masyarakat yang tentunya diawali dari nilai keluarga dan karakter individu dalam keluarga.

    Ruang lingkup tanggung jawab pendidikan dalam lingkungan keluarga ditentukan atas fungsi-fungsi. Sedikitnya ada 8 fungsi keluarga dalam tanggung jawab pendidikan yaitu :

    1. Fungsi Edukasi
    2. Fungsi Sosialisasi
    3. Fungsi Proteksi
    4. Fungsi Afeksi
    5. Fungsi Religius
    6. Fungsi Ekonomis
    7. Fungsi Rekreasi
    8. Fungsi Biologis

    Fungsi Edukasi. Fungsi edukasi terkait dnegan pendidikan anak secara khusus dan pembinaan anggota keluarga pada umumnya. Ki Hajar Dewantara menyebutkan bahwa “keluarga adalah pusat pendidikan yang utama dan pertama bagi anak”. Fungsi pendidikan amat fundamental untuk menanamkan nilai-nilai dan sistem perilaku manusia dalam keluarga.

    Fungsi Sosialisasi. Fungsi sosialisasi bertujuan untuk mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat. Anak adalah pribadi yang memiliki sifat kemanusiaan sebagai makhluk individu dan juga sebagai makhluk sosial. Menarik untuk memaknai pendapat Karl Mannheim yang dikutip oleh MI Soelaeman (1994), bahwa “anak tidak didik dalam ruang dan keadaan yang abstrak, melainkan selalu di dalam dan diarahkan kepada kehidupan masyarakat tertentu.”.Dengan demikian anak memiliki prinsip sosialitas, disamping prinsip individualitas. Prinsip sosialitas, mengharuskan anak dibawa dan diarahkan untuk mengenali nilai-nilai sosial lingkungannya oleh orang tuanya.

    Fungsi Proteksi. Tujuan dari fungsi proteksi yaitu untuk melindungi anak bukan saja secara fisik, melainkan pula secara psikis. Secara fisik fungsi perlindungan ditujukan untuk menjaga pertumbuhan biologisnya sehingga dapat mejalankan tugas secara proporsional. Disamping itu fungsi proteksi psikis dan spiritual yaitu dengan mengendalikan anak dari pergaulan negatif dan sikap lingkungan yang cenderung menekan perkembangan psikologinya.

    Fungsi Afeksi. Fungsi ini terkait dengan emosional anak. Anak akan merasa nyaman apabila mampu melakukan komuniasi dengan keluarganya dengan totalitas seluruh kepribadiannya. Kasih sayang yang dicurahkan kepada anak akan memberi kekuatan, dukungan atas kehiduapn emosionalnya yang berpengaruh pada kualitas hidupnya di masa depan.

    Fungsi Religius. Yang dimaksud adalah fungsi keluarga untuk mengarahkan anak ke arah pemerolehan keyakinan keberagamaannya yang benar. Keluarga menjadi kendali utama yang dapat menunjukkan arah menjadi Islam yang kaffah atau sekuler.

    Fungsi Ekonomis. Fungsi ini berkaitan dengan pemenuhan selayaknya kebutuhan yang bersifat materi. Secara normatif anak harus dipersiapkan agar kelak memikul tanggung jawab ekonomi keluarga, membangun kepribadian yang mandiri bukan menjadi objek pemaksaan orang tua.

    Fungsi Rekreasi. Memberikan wahana dan situasi yang memungkinkan terjadinya kehangatan, keakraban, kebersamaan dan kebahagiaan bersama seluruh anggota keluarga.

    Fungsi Biologis. Faktor biologis adalah faktor alamiyah manusia. Faktor ini meliputi perlindungan kesehatan, termasuk juga memperhatikan pertumbuhan biologisnya seta perlindungan terhadap hubungan seksualnya.